Pertukaran kripto Afrika, Mara, dilaporkan kehilangan sekitar 16 juta USD setara dengan Rp 261,3 Miliar dari USD 23 Juta atau setara Rp 375,6 Miliar yang dikumpulkan dari investor pada 2022. menyusul keruntuhan Bursa ini pendiri dari CEO Mara, Chinyere Nnadi dikatakan telah meluncurkan entitas baru bernama Jara pada Januari 2024. Nnadi berpendapat bursa kripto tersebut menghabiskan modalnya dengan membayar gaji tinggi untuk menarik talenta. Menurut laporan Techcabal, sebanyak USD 9,1 juta atau setara Rp 148,6 miliar dari jumlah tersebut digunakan untuk membayar gaji karyawan, bonus, dan tunjangan untuk 130 karyawan Mara yang dilaporkan. Namun, rekan eksekutif CEO Mara, yang mengundurkan diri dari perusahaan pada 2023, menuduh entitas baru tersebut dibentuk untuk membantu Nnadi menghindari tanggung jawab atas kewajiban Mara. Para eksekutif yang tidak disebutkan namanya juga menyalahkan sang CEO atas perubahan nasib Mara. Mara sempat memangkas tenaga kerjanya sebesar 85% pada Juni 2023. Mara mengklaim pihaknya hanya memberhentikan pekerja yang perannya menjadi mubazir.
Pada saat itu, beberapa mantan karyawan berpendapat biaya pemasaran Mara yang membengkak memaksa pertukaran kripto untuk memangkas tenaga kerjanya secara signifikan.
Namun, dalam laporan investor, Nnadi dilaporkan berpendapat pertukaran kripto telah menghabiskan modal yang dikumpulkan karena telah membayar gaji yang tinggi untuk memikat talenta.
Sementara itu, mantan eksekutif lain yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa seperempat dari 4,5 juta pengguna terverifikasi Mara adalah akun palsu. Eksekutif tersebut mengaitkan menjamurnya akun dompet Mara palsu dengan insentif keuangan yang ditawarkan melalui program rujukan perusahaan.