Bitcoin (BTC) mengalami lonjakan tajam selama akhir pekan Paskah. Harganya naik 10 persen dan berhasil menembus angka US$ 93.000 pada 23 April. Melansir dari cointelegraph.com, kenaikan ini jauh lebih kuat dibandingkan pasar saham yang bergerak datar, dan bahkan sejalan dengan harga emas yang juga sempat menyentuh rekor tertinggi di US$ 3.500.
Namun, yang membuat lonjakan Bitcoin ini semakin menarik adalah data di balik pergerakan harga tersebut.
Sinyal Kuat Pasar Derivatif
Menurut data dari Coinglass, jumlah dana yang digunakan untuk perdagangan Derivatif Bitcoin, yang dikenal sebagai open interest mengalami kenaikan sebesar 17 persen dan mencapai US$ 68,3 miliar, tertinggi dalam dua bulan terakhir. Ini menunjukkan bahwa banyak trader mulai bertaruh besar bahwa harga Bitcoin akan terus mengalami kenaikan.
Saat ini, pasar berada dalam kondisi yang disebut sebagai contango, yakni ketika harga kontrak futures lebih tinggi dari harga pasar saat ini (spot). Ini biasanya terjadi ketika para pelaku pasar optimis dan memperkirakan harga akan terus naik di masa depan.
Siapa yang Akuisisi?
Salah satu indikator penting untuk melihat siapa yang sedang aktif membeli adalah Coinbase Bitcoin Premium Index. Indeks ini membandingkan harga Bitcoin di Coinbase Pro (yang banyak digunakan oleh investor institusi keuangan di Amerika) dengan harga di Binance. Ketika harga di Coinbase lebih tinggi, itu artinya permintaan dari investor besar sedang meningkat.
Pada 21–22 April, indeks ini naik menjadi 0,16 persen. Ini menandakan bahwa investor institusional kembali masuk ke pasar Bitcoin.
Salah satu contohnya adalah Michael Saylor, pendiri MicroStrategy. Ia mengumumkan pembelian 6.556 Bitcoin senilai sekitar US$ 555,8 juta, dengan harga rata-rata US$ 84.785 per koin. Dengan pembelian ini, total kepemilikan MicroStrategy naik menjadi 538.200 BTC, setara dengan sekitar US$ 48,4 miliar.
Tak hanya itu, perusahaan Jepang bernama Metaplanet juga ikut menambah 330 BTC ke dalam portofolionya. Total kepemilikan mereka kini mencapai 4.855 BTC.
ETF Mulai Ramai Lagi
Selain pembelian langsung, minat terhadap Bitcoin juga terlihat dari produk keuangan seperti ETF. Pada 21 April, ETF Bitcoin mencatat arus masuk dana sebesar US$ 381 juta. Ini adalah kabar baik setelah lebih dari sebulan didominasi oleh arus keluar.
Masuknya dana ini menunjukkan kepercayaan yang mulai pulih, terutama dari investor yang lebih memilih instrumen keuangan tradisional dibanding membeli Bitcoin secara langsung.
Dolar Amerika Makin Lemah
Di sisi lain, situasi makroekonomi global juga turut berperan. Nilai tukar Amerika terus melemah sejak Februari. Ketegangan antara mantan Presiden Donald Trump dan Ketua The Fed Jerome Powell soal kebijakan tarif dan suku bunga menimbulkan kekhawatiran baru. Banyak pihak mulai ragu apakah bank sentral Amerika masih bisa mempertahankan independensinya.
Ketidakpastian ini membuat banyak investor mencari alternatif. Dan di sinilah Bitcoin mulai menarik perhatian lagi, sebagai aset yang terdesentralisasi, memiliki suplai terbatas dan tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah mana pun.
Analis kripto Rekt Capital bahkan menyebut Bitcoin sudah keluar dari tren turun yang berlangsung beberapa bulan. Ia mengatakan bahwa kalau tren turun berakhir, biasanya tren naik baru akan dimulai.