UBS Group baru saja meningkatkan peringkat pasar saham Indonesia dari Neutral menjadi Overweight dalam laporan strategi terbaru mereka untuk pasar negara berkembang (Emerging Markets). Langkah ini mencerminkan pandangan positif UBS terhadap prospek jangka menengah Indonesia di tengah ketidakpastian global yang meningkat.

UBS menyoroti beberapa faktor utama yang mendasari keputusan ini:
- Struktur ekonomi domestik yang defensif: Indonesia dinilai memiliki ketahanan terhadap guncangan eksternal karena fokus ekonominya yang lebih domestik.
- Valuasi pasar yang menarik: Valuasi saham-saham Indonesia saat ini mendekati level terendah sejak pandemi COVID-19, menawarkan peluang investasi yang menarik.
- Dukungan dari dana milik negara: Potensi dukungan dari dana milik negara dapat memberikan stabilitas tambahan bagi pasar saham Indonesia.
- Stabilitas politik pasca pemilu: Kepemimpinan nasional yang baru pasca pemilu dianggap mendukung pertumbuhan ekonomi dan pasar modal.
UBS juga merekomendasikan fokus pada sektor-sektor yang menunjukkan ketahanan pendapatan selama periode perlambatan ekonomi, seperti barang konsumsi pokok, layanan TI, ritel, perbankan, dan utilitas.
Dalam laporan yang sama, UBS juga melakukan penyesuaian terhadap peringkat pasar lain:
- India: Dinaikkan dari Underweight menjadi Neutral, namun masih di bawah Indonesia dalam preferensi investasi UBS
- Hong Kong dan Afrika Selatan: Diturunkan ke Neutral karena ketergantungan tinggi pada perdagangan global dan eksposur terhadap volatilitas keuangan yang terkait dengan AS.
UBS kini lebih memilih pasar dengan pertumbuhan yang didorong oleh konsumsi domestik dan memiliki karakteristik defensif dalam menghadapi ketidakpastian global.
Peningkatan peringkat ini dapat menjadi katalis positif bagi pasar saham Indonesia, menarik minat investor institusi dan asing. Sektor-sektor seperti perbankan, barang konsumsi pokok, dan utilitas mungkin akan menjadi fokus utama.