Setelah mencatat kenaikan sebesar 10,37 persen dalam sepekan terakhir, laju kenaikan harga Bitcoin mulai melambat. Banyak analis memperkirakan Bitcoin akan bergerak dalam kisaran harga yang sempit dalam beberapa hari ke depan.
Melansir dari cointelegraph.com, kenaikan harga ini sebelumnya di dorong oleh beberapa faktor utama, seperti kuatnya pembelian Bitcoin secara spot oleh perusahaan Strategy, peluncuran ETF Bitcoin Spot, serta pengumuman dari 21Shares dan Coinbase. Salah satu momen penting adalah 28 April, ketika Strategy mengumumkan pembelian Bitcoin senilai US$ 1,42 miliar.
Nilai, setelah itu, pasar kripto relatif sepi dan berita besar. Kondisi ini membuat permintaan spot berpotensi menurun, sehingga harga Bitcoin mungkin akan lebih sering menguji level support.
Kemudian pada 30 April, laporan Core Personal Consumption Expenditures (PCE), indikator penting untuk inflasi akan dipublikasikan. Selanjutnya, pada 1 Mei data ISM Manufacturing PMI akan keluar. Laporan ini bisa memperlihatkan seberapa besar kekhawatiran dunia usaha terhadap ketidakpastian ekonomi.
Saat ini, harga Bitcoin tercatat sedikit di bawah US$ 95.000, bergerak di antara rentang US$ 93.000 hingga US$ 95.500 sejak 25 April lalu.
Namun, sentimen yang ada pada pemegang kripto utama ini masih kuat, terutama di kalangan investor ritel. Sebenarnya, hal ini juga dikhawatirkan oleh sejumlah analis lantaran sifat rakus dari ritel dinilai akan membawa dampak buruk ke pasar dan tren Bitcoin secara keseluruhan.