
Dunia kripto kembali diguncang dengan lonjakan kerugian akibat kejahatan siber yang mencatat peningkatan lebih dari 1.100% pada April 2025. Berdasarkan laporan dari perusahaan keamanan blockchain CertiK, total kerugian sepanjang bulan tersebut mencapai USD 364 juta atau sekitar Rp 6,04 triliun (kurs Rp16.613 per dolar AS), naik drastis dibandingkan Maret yang hanya mencatat kerugian sebesar USD 28,8 juta.
Pemicunya adalah satu insiden besar pada 30 April, di mana seorang lansia asal Amerika Serikat menjadi korban pencurian 3.520 Bitcoin senilai USD 330,7 juta. Serangan ini disebut sebagai peretasan terbesar kelima dalam sejarah kripto dan dilakukan dengan teknik rekayasa sosial tingkat tinggi yang berhasil menguasai dompet digital korban.
Tanpa memperhitungkan insiden besar tersebut, kerugian kripto pada April tetap mencatat kenaikan sebesar 21% dari bulan sebelumnya, yakni USD 34 juta.
CertiK mengungkapkan bahwa serangan paling merugikan pada April berasal dari empat metode utama: penipuan phishing, rekayasa sosial, eksploitasi kelemahan sistem kontrol akses, dan manipulasi harga token yang menargetkan platform DeFi.
Meski dihantui kerugian besar, sejumlah dana berhasil dipulihkan berkat bantuan white hat hacker. Sebanyak USD 18,2 juta berhasil dikembalikan sepanjang April. Di antaranya adalah kasus KiloEx yang berhasil memulihkan dana USD 7,5 juta, serta protokol ZKsync yang merebut kembali token senilai USD 5 juta. Protokol DeFi Loopscale juga berhasil mengembalikan setengah dari dana USD 5,7 juta yang hilang akibat manipulasi harga token.
Tren kerugian kripto pada 2025 masih menunjukkan ketidakstabilan. Meski April mencatat lonjakan, bulan-bulan sebelumnya relatif lebih rendah: Desember 2024 sebesar USD 28,6 juta, November USD 63,8 juta, dan Oktober USD 115,8 juta. Namun, Februari 2025 masih memegang rekor tertinggi dengan kerugian mencapai USD 1,53 miliar akibat peretasan besar terhadap platform Bybit oleh kelompok Lazarus dari Korea Utara.