
CEO Ark Invest, Cathie Wood, kembali menarik perhatian pasar kripto dengan prediksi terbarunya: harga Bitcoin bisa melesat hingga USD 2,4 juta atau setara Rp 39,7 miliar per koin pada tahun 2030. Prediksi ini mencerminkan potensi kenaikan sekitar 2.426% dari harga Bitcoin saat ini.
Dalam laporan terbarunya, Ark Invest menggunakan pendekatan building block valuation model yang mempertimbangkan enam sektor utama sebagai pendorong adopsi Bitcoin. Salah satu faktor utama yang disorot adalah arus dana dari investor institusional melalui ETF Bitcoin spot. Ark memperkirakan alokasi institusional dapat mencapai 6,5% dari portofolio global pada 2030.
Dibandingkan dengan laporan “Big Ideas 2025” yang dirilis Januari lalu — yang memproyeksikan harga Bitcoin USD 1,5 juta — revisi terbaru ini menunjukkan peningkatan tajam. Perubahan signifikan terletak pada asumsi pasokan: kini diperkirakan sekitar 40% dari total Bitcoin tidak lagi beredar di pasar aktif, entah karena disimpan jangka panjang atau hilang permanen.
Fenomena ini memperkuat prinsip dasar ekonomi: kelangkaan pasokan di tengah lonjakan permintaan mendorong harga naik. Ditambah lagi, Bitcoin semakin dipandang sebagai “emas digital”, aset pelindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian ekonomi — terutama di negara berkembang yang dilanda krisis moneter.
Meski skenario optimistis mencolok, Ark Invest juga menawarkan alternatif prediktif lainnya. Skenario dasar memperkirakan harga Bitcoin mencapai USD 1,2 juta, sementara skenario pesimistis berada di angka USD 500.000.
Namun jika tren institusional dan adopsi global terus berlanjut, proyeksi harga USD 2,4 juta mungkin bukan sekadar impian futuristik.