
Dunia kripto kembali diguncang dengan realita pahit: transparansi, yang selama ini dianggap sebagai kekuatan utama Web3, kini menjadi bumerang. Protokol Hyperliquid mengalami serangan pasar terkoordinasi yang mengeksploitasi keterbukaan data blockchain mereka, menimbulkan kerugian signifikan dan memaksa tindakan darurat dari tim pengembang.
Transparansi: Pedang Bermata Dua dalam Ekosistem Web3
Dalam dunia Web3, transparansi adalah nilai utama. Semua aktivitas on-chain, mulai dari transaksi hingga data posisi dan likuidasi, dapat dipantau publik secara real-time. Tujuannya: menciptakan sistem yang lebih akuntabel dan bebas manipulasi.
Namun, justru karena keterbukaan inilah muncul fenomena weaponized transparency — ketika data publik disalahgunakan oleh pihak tertentu untuk menyusun strategi serangan.
Studi Kasus: Serangan Terbuka ke Protokol Hyperliquid
Insiden besar terjadi pada 26 Maret 2025, ketika Hyperliquid, protokol DeFi yang dikenal sangat terbuka, diserang lewat manipulasi pasar berbasis data publik:
- Pelaku menganalisis data on-chain Hyperliquid, termasuk batas likuidasi dan ukuran vault HLP.
- Dengan tiga dompet berbeda, ia membuka posisi short $4,1 juta dan dua posisi long masing-masing $2,15 juta dan $1,9 juta untuk mengangkat harga token JELLY secara artifisial.
- Saat harga naik, posisi short dilikuidasi, dan kerugiannya dibebankan langsung ke vault HLP.
- Kabar listing JELLY di OKX memperparah situasi dengan memicu aksi FOMO di kalangan trader.
- Akibatnya, Hyperliquid menghentikan semua perdagangan JELLY dan menutup posisi pada harga $0,0095 untuk mencegah kerusakan sistemik lebih lanjut.
Dilema Besar: Desentralisasi vs Perlindungan Sistem
Serangan ini menunjukkan bagaimana data publik yang seharusnya memperkuat keamanan justru dapat dieksploitasi untuk meruntuhkan sistem. Ironisnya, untuk menyelamatkan diri, Hyperliquid terpaksa mengambil keputusan sentralistik — bertolak belakang dari semangat Web3 yang mereka anut.
Kejadian ini menjadi pengingat bahwa di balik idealisme transparansi, Web3 harus segera mencari solusi agar keterbukaan tidak menjadi titik lemah yang justru menghancurkan kepercayaan terhadap sistem desentralisasi itu sendiri.