Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
  • Sample Page
Menu

Ethereum Mulai Bangkit, Namun Jalan Menuju ATH Masih Panjang

Posted on May 7, 2025

Harga Ethereum (ETH) akhirnya naik lagi di atas US$ 1.700 setelah 16 hari mengalami tekanan jual. Tekanan ini dipicu oleh kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan aktivitas transaksi di jaringan Ethereum yang menurun tajam. Meski harga pulih, performa ETH sepanjang tahun ini masih kalah jauh dengan, yakni 23 persen lebih buruk dibandingkan rata-rata altcoin lainnya.

Beberapa trader masih yakin bahwa ETH akan mengalami kenaikan besar yang disebut sebagai “generasi bull run”. Mereka percaya Ethereum punya keunggulan karena menawarkan sistem keuangan yang benar-benar terbuka dan tidak dikendalikan oleh pihak tertentu. Tapi, benarkah seoptimis itu?

Berbeda dengan pesaing seperti Solana, Tron dan BNB yang sudah mencetak rekor harga baru di tahun 2025, Ethereum justru belum berhasil melewati harga tertinggi sebelumnya. Hal ini membuat sebagian orang mulai ragu dengan kekuatan Ethereum saat ini.

Peralihan Ethereum dari sistem proof-of-work ke proof-of-stake juga menuai kritik. Meski lebih ramah lingkungan dan hemat energi, langkah ini dinilai menghilangkan keunggulan kompetitif yang dulu dimiliki Ethereum.

Aktivitas Sepi, Biaya Transaksi Turun

Salah satu tanda melemahnya minat pasar terhadap ETH adalah penurunan biaya transaksi di jaringan Ethereum. Sejak Januari, biaya ini turun hingga 95 persen. Penurunan ini menunjukkan bahwa tidak banyak orang yang menggunakan jaringan Ethereum untuk mengirim data atau menjalankan aplikasi.

Karena aktivitasnya rendah, mekanisme pembakaran koin tidak lagi cukup kuat untuk mengimbangi jumlah ETH baru yang dikeluarkan sebagai hadiah staking. Akibatnya, ETH justru mengalami inflasi.

Dominasi TVL Tidak Menjamin

Meskipun Ethereum masih memimpin dalam hal Total Value Locked (TVL), metrik ini ternyata tidak banyak menarik perhatian trader. Banyak yang menganggap dominasi TVL belum terbukti dapat meningkatkan permintaan atau harga ETF secara langsung.

Di sisi lain, perhatian pasar kini beralih ke ETF. Saat ini, hanya Bitcoin dan Ethereum yang punya ETF Spot resmi di Amerika. Namun jika ETF untuk Solana dan XRP disetujui, bisa jadi minat investor institusi terhadap ETH akan berkurang.

Faktanya, antara 21 hingga 23 April, ETF Ethereum justru mencatat arus keluar sebesar US$ 10 juta. Sebaliknya, ETF Bitcoin malah mendapat arus masuk dalam jumlah besar.

Sejarah Tidak Berpihak

Jika melihat sejarah harga ETH, pola yang sama terus berulang: naik cepat, lalu turun tajam. Misalnya pada tahun 2022 dan 2021, ETH sempat melonjak dalam waktu singkat, tapi kemudian jatuh dalam hitungan minggu. Banyak trader yang akhirnya kapok dan memilih ambil untung lebih cepat, yang justru membatasi potensi kenaikan harga lebih lanjut.

Meskipun banyak pihak berharap pada Ethereum, baik untuk NFT, kecerdasan buatan, hingga tokenisasi aset dunia nyata (RWA), belum ada satu pun faktor yang benar-benar mampu mendorong permintaan ETH secara konsisten.

Beberapa analis bahkan memperkirakan ETH masih bisa turun 15 persen lagi dibandingkan Bitcoin.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Pasar Kripto 2025: Perubahan Besar dengan Penurunan Altcoin Terkemuka
  • Ripple Menang Lawan SEC: XRP Melejit, ETF di Depan Mata
  • Harga Moo Deng Melonjak 156%, Spekulasi Listing di Binance Semakin Kuat
  • Ethereum Rebound Usai Pembaruan Pectra, Harga Tembus $2.350
  • Jerman Tutup Platform Crypto Ilegal eXch, Sita €34 Juta dan 8 TB Data

Recent Comments

  1. A WordPress Commenter on Hello world!

Archives

  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme