Raksasa teknologi Meta dikabarkan tengah menjajaki integrasi stablecoin untuk sistem pembayaran di seluruh platformnya, termasuk Instagram. Langkah ini menjadi sinyal kuat bahwa Meta kembali serius memasuki industri kripto setelah sebelumnya gagal dengan proyek Diem.
Mengutip Cryptonews, lima sumber internal menyebut Meta sedang dalam tahap awal pembicaraan dengan beberapa penyedia infrastruktur kripto. Tujuannya adalah mengeksplorasi penggunaan stablecoin seperti USDT (Tether) dan USDC (Circle) untuk memfasilitasi pembayaran, terutama kepada kreator konten berskala kecil.
Meta disebut tidak akan mengunci diri pada satu jenis stablecoin dan akan mempertimbangkan pendekatan multi-token untuk efisiensi biaya dan kemudahan integrasi lintas negara—terutama di wilayah dengan sistem pembayaran konvensional yang lambat atau mahal.
Sebagai bagian dari langkah strategis ini, Meta telah merekrut Ginger Baker, mantan eksekutif Plaid dan anggota dewan Stellar Development Foundation, sebagai Wakil Presiden Produk. Baker kini memimpin pengembangan inisiatif stablecoin secara internal dan menjalin komunikasi dengan berbagai mitra industri.
Di sisi lain, pasar stablecoin global sendiri menunjukkan pertumbuhan signifikan. Berdasarkan data dari defillama.com, valuasi pasar stablecoin naik sebesar 1,96% sejak 20 April 2025, mencapai USD 239,1 miliar (sekitar Rp 4 kuadriliun). Tether (USDT) memimpin dengan kapitalisasi pasar sebesar USD 147,7 miliar, disusul USDC sebesar USD 62,2 miliar. Stablecoin USDS milik Sky mencatat pertumbuhan tertinggi pekan ini, naik 7,93%.
Langkah Meta ini berpotensi mengubah lanskap pembayaran digital di media sosial, terutama jika integrasi stablecoin ini direalisasikan secara global.