
Harga emas global turun tajam hingga 3% ke level terendah sejak 1 Mei 2025, menyusul kesepakatan antara Amerika Serikat dan Tiongkok untuk memangkas tarif timbal balik. Kesepakatan tersebut meredakan ketegangan dagang antara dua ekonomi terbesar dunia dan mendorong penguatan dolar AS, yang pada gilirannya mengurangi daya tarik emas sebagai aset safe haven.
Harga emas spot tercatat turun menjadi US$3.224,34 per ounce, sementara emas berjangka AS turun 3,5% ke level US$3.228,10 per ounce.
Analis UBS, Giovanni Staunovo, menyatakan bahwa penurunan ketegangan dagang telah menurunkan permintaan terhadap emas, meskipun ia memperkirakan harga akan tetap bergejolak dalam jangka pendek. Ia juga menambahkan bahwa tekanan terhadap pertumbuhan ekonomi akibat tarif yang masih tinggi bisa memaksa bank sentral memangkas suku bunga lebih lanjut tahun ini, dan bank sentral mungkin memanfaatkan penurunan harga untuk menambah cadangan emas.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengonfirmasi bahwa kedua negara sepakat untuk melakukan jeda 90 hari dalam penerapan tarif baru, termasuk penurunan tarif atas barang elektronik hingga 115%, setelah pembicaraan dengan pejabat Tiongkok di Jenewa, Swiss.
Indeks dolar AS tercatat melonjak lebih dari 1% terhadap mata uang utama lainnya, menjadikan emas lebih mahal bagi investor non-dolar dan semakin menekan harga logam mulia tersebut.
Analis komoditas senior Reliance Securities, Jigar Trivedi, memperkirakan harga emas bisa turun lebih jauh hingga menyentuh level US$3.200 per ounce dalam waktu dekat akibat berkurangnya risiko geopolitik dan penguatan dolar AS.