Harga Bitcoin (BTC) melonjak tajam akhir pekan lalu hingga menyentuh US$ 105.000, yang merupakan level tertingginya dalam beberapa bulan terakhir. Kenaikan ini terjadi bersamaan dengan penguatan pasar saham, setelah ada kabar positif dari pembicaraan dagang antara Amerika Serikat dan China.
Pemerintah Amerika mengumumkan kesepakatan 90 hari dengan China untuk mengurangi tarif impor. Melansir dari crypto.news, kabar ini disambut baik oleh pasar dan langsung mendorong investor masuk ke pasar aset beresiko seperti saham dan kripto, termasuk Bitcoin.
Namun, setelah sempat naik tinggi, harga Bitcoin kembali turun ke kisaran US$ 103.000. Penurunan ini diperkirakan terjadi karena banyak investor memutuskan untuk ambil untung atau take profit.
Meski begitu, beberapa analis tetap optimis. Dalam laporan terbaru Bitfinex Alpha, para analis menyebut bahwa arus dana ke Bitcoin masih kuat, terutama dari investor besar dan institusi.
Mereka juga mencatat bahwa nilai total Bitcoin yang berpindah tangan, dikenal dengan realized cap, telah mencapai rekor tertinggi baru.
Selain itu, ada tanda-tanda positif lain, yakni dana yang masuk ke ETF Bitcoin terus meningkat. Selain itu, jumlah koin yang berada dalam kondisi rugi terus menurun. Ini menunjukkan bahwa pasar mulai dilikuidasi oleh pemegang jangka panjang yang lebih kuat.