Harga Bitcoin (BTC) melonjak tajam melewati US$ 104.000 pada hari Senin setelah data inflasi Amerika Serikat menunjukkan penurunan yang lebih besar dari perkiraan. Penurunan ini membuat pasar semakin optimis bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat.
Berdasarkan data dari TradingEconomis, Indeks Harga Konsumen (CPI) Amerika Serikat naik tipis menjadi 320,80 pada April 2025, dari sebelumnya 319,8 di bulan Maret. Namun, yang menjadi sorotan utama adalah inflasi tahunan yang turun menjadi 2,3 persen, terendah sejak Februari 2021. Angka ini juga berada di bawah ekspektasi pasar sebesar 2,4 persen.
Melansir dari coingape.com, tak lama setelah data ini dirilis, Bitcoin langsung merespon positif. Dalam waktu dua jam, harga melonjak 2,9 persen ke level US$ 104.771, setelah sebelumnya sempat menyentuh titik terendah harian US$ 101.868. Lonjakan harga ini juga disertai kenaikan volume perdagangan spot Bitcoin di Binance sebesar 35 persen, yang menunjukkan minat kuat dari para pelaku pasar.
Kenaikan ini tidak hanya terjadi di pasar kripto. Saham perusahaan terkait seperti Coinbase juga ikut terdorong naik 5,3 persen dalam perdagangan pra-pasar. Di sisi lain, kontrak berjangka indeks S&P 500 naik 1,1 persen memperlihatkan bahwa sentimen positif merambat ke pasar keuangan global.
Tak hanya pasar spot, sentimen optimis juga terlihat jelas di pasar derivatif. Open interest untuk kontrak berjangka Bitcoin naik 2,38 persen menjadi US$ 68,57 miliar. Sementara itu, open interest untuk opsi Bitcoin juga naik 2,5 persen ke US$ 39,89 miliar.
Jika dilihat dari sisi teknikal, Bitcoin masih berada dalam tren naik. Harga kini stabil di atas level psikologis US$ 100.000 dan bergerak di atas indikator Bollinger Band utama. RSI juga berada di atas level 70, menandakan kekuatan tren bullish masih terjaga meski sudah mendekati area jenuh beli.