
Pasar kripto menunjukkan tren penguatan seiring meredanya ketegangan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok. Kedua negara sepakat menurunkan tarif impor secara signifikan selama 90 hari, dengan AS memangkas tarif dari 145% menjadi 30% dan Tiongkok dari 125% menjadi 10%.
Sentimen positif ini langsung berdampak pada aset kripto. Bitcoin (BTC) naik 8,27% pada Senin (12/5), sempat menyentuh level tertinggi dalam empat bulan di USD 105.800 sebelum terkoreksi ke USD 102.827. Ethereum (ETH) bahkan melesat 35,86% pasca-upgrade Pectra, mencapai USD 2.600 sebelum terkoreksi ke USD 2.465 pada Selasa pagi.
Financial Expert Ajaib, Panji Yudha, menilai meredanya ketegangan global memberi ruang bagi reli kripto, namun investor tetap perlu waspada terhadap aksi ambil untung jangka pendek. Ia menyebut tren bullish BTC berpotensi berlanjut jika mampu bertahan di atas MA-20 (USD 97.645) dan support psikologis USD 100.000.
Meski minat terhadap ETF spot Bitcoin di AS sedikit menurun, akumulasi institusi masih terjadi. Selama 5–9 Mei, dana masuk ke ETF Bitcoin AS mencapai USD 599 juta, turun dari USD 1,81 miliar pada pekan sebelumnya, namun tetap mencerminkan permintaan institusional yang kuat.
Fokus investor kini tertuju pada rilis data inflasi AS, khususnya Indeks Harga Konsumen (CPI) April yang akan dirilis 13 Mei. Proyeksi menunjukkan inflasi tahunan turun ke 2,3%. Jika sesuai ekspektasi, ini dapat membuka peluang pelonggaran suku bunga oleh The Fed.
Panji menambahkan, jika inflasi terus melandai, tren kenaikan BTC bisa berlanjut. Namun, jika CPI naik di atas perkiraan, penguatan dolar dapat menekan aset berisiko seperti kripto.
Di tengah kehati-hatian The Fed yang belum memberikan kepastian soal penurunan suku bunga, pasar tetap didukung faktor likuiditas. Cadangan BTC di bursa tercatat di level terendah tujuh tahun, memperkuat efek kelangkaan pasokan akibat mekanisme halving.
“Dengan kondisi likuiditas tinggi dan potensi pemangkasan suku bunga, BTC berpeluang menembus rekor baru di atas USD 109.000,” ujar Panji.
Meski prospek penguatan cukup solid, volatilitas tetap perlu diwaspadai, terutama menjelang rilis data ekonomi dan dinamika makro global.