
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi masih memiliki ruang pertumbuhan signifikan dalam jangka panjang. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, memperkirakan IHSG bisa mencapai level 36.000 pada tahun 2035, atau naik enam kali lipat dari titik terendah baru-baru ini.
Dalam sebulan terakhir, IHSG menunjukkan performa positif dengan lonjakan 10,71% sejak 16 April hingga 16 Mei 2025, dan kini berada di level 7.085. IHSG berhasil kembali menembus level psikologis 7.000 setelah sempat anjlok akibat sentimen negatif dari kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump pada awal April, yang sempat menyeret IHSG ke bawah level 6.000.
Berbicara dalam Investment Forum 2025 bertema Strategi Perkuat Pasar Keuangan di Era Perang Dagang di Hotel Four Seasons Jakarta, Jumat (16/5), Purbaya menyebutkan bahwa secara historis, setiap kali Indonesia keluar dari krisis, IHSG selalu mengalami kenaikan tajam. “Rebound kita sudah mengungguli negara lain,” ujarnya.
Ia juga mencatat bahwa meskipun investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell), investor domestik telah mampu menjadi motor penggerak pasar. “Gak apa-apa, kalau kita percaya ekonomi kita, asing pun ikut-ikutan,” tambahnya.
Purbaya mengutip sejarah pergerakan IHSG pasca krisis. Pada 2001, IHSG berada di level 300-an dan melonjak ke 2.500 pada 2008. Setelah sempat turun ke 1.100-an pada 2009, IHSG kembali menanjak hingga menyentuh 6.500 pada 2018.
“Artinya, dengan anjloknya IHSG ke bawah 6.000 baru-baru ini, dan perekonomian yang mulai pulih, bukan tidak mungkin kita akan melihat IHSG naik ke 36.000 dalam satu dekade mendatang,” pungkasnya.