
Nilai tukar rupiah mengakhiri pekan dengan catatan positif, terapresiasi terhadap dolar Amerika Serikat (AS) seiring ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve dan rilis data ekonomi AS yang mengecewakan.
Berdasarkan data Refinitiv, rupiah ditutup pada level Rp16.435 per dolar AS pada Kamis (15/5/2025), menguat 0,45% dibandingkan hari sebelumnya. Secara mingguan, rupiah mencatatkan penguatan sebesar 0,45%, berbalik arah dari pekan lalu yang mengalami pelemahan 0,49%.
Penguatan rupiah terjadi di tengah pelemahan dolar AS secara global. Indeks dolar (DXY) turun 0,3% ke posisi 100,57 pada pukul 14:53 WIB, lebih rendah dari penutupan sebelumnya di level 100,88.
Rupiah memimpin penguatan mata uang Asia lainnya pada Jumat, didorong oleh melemahnya dolar AS menyusul rilis data inflasi produsen AS yang lebih lemah dari perkiraan. Hal ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed akan memangkas suku bunga setidaknya dua kali tahun ini.
“Rupiah berupaya mengejar pemulihan mata uang Asia lainnya setelah lama berkinerja buruk, didorong juga oleh sentimen positif di pasar saham domestik,” ujar Radhika Rao, ekonom senior DBS Bank.
Rao menambahkan, dengan inflasi yang masih dalam kisaran target, otoritas moneter memiliki ruang untuk memperkuat kebijakan pro-pertumbuhan melalui pemotongan suku bunga dalam waktu dekat.
Pekan ini dibuka dengan optimisme atas gencatan senjata dagang AS-Tiongkok, yang sempat mendukung penguatan dolar. Namun, momentum tersebut tidak bertahan lama dan mayoritas mata uang berakhir stabil hingga mengalami penguatan terhadap dolar.