Jakarta, 19 Mei 2025 — Perusahaan kripto ternama, Coinbase, melaporkan potensi kerugian antara USD 180 juta hingga USD 400 juta (setara Rp 6,5 triliun) akibat serangan siber dan skema penipuan rekayasa sosial yang menargetkan data pelanggan.
Dalam pengajuan peraturan yang dilansir Channel News Asia, Coinbase mengungkap bahwa pada 11 Mei 2025, pihaknya menerima email dari pelaku siber anonim yang mengklaim memiliki akses ke data pelanggan dan dokumen internal perusahaan. Meskipun kredensial login tidak dibobol, sejumlah data pribadi seperti nama, alamat, dan email pengguna berhasil dicuri.
Penyerang disebut telah menyuap kontraktor dan karyawan Coinbase di luar Amerika Serikat guna memperoleh informasi internal. Coinbase memastikan oknum yang terlibat telah diberhentikan, dan perusahaan akan memberikan kompensasi kepada pelanggan yang dirugikan akibat manipulasi sosial.
Sementara itu, Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) tengah menyelidiki dugaan pelaporan jumlah pengguna yang tidak akurat oleh Coinbase. Meski pihak Coinbase membantah tudingan pelanggaran terhadap prinsip Know Your Customer (KYC), penyelidikan terhadap metrik “pengguna terverifikasi” masih berlangsung.
Dalam laporan terpisah, analis onchain ZackXBT mengungkap bahwa Coinbase kehilangan sekitar USD 330 juta per tahun akibat penipuan rekayasa sosial, menjadikannya salah satu platform dengan tingkat kerugian tertinggi di sektor ini. Salah satu korban bahkan dilaporkan kehilangan hingga USD 1,7 juta dalam satu kasus pada Juli 2024.
Saham Coinbase diketahui turun 6,5% usai laporan-laporan ini mencuat.