
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pergeseran signifikan dalam demografi investor selama tujuh tahun terakhir. Kini, generasi muda, khususnya Gen Z dan Alpha, mendominasi investor ritel domestik, menggantikan peran investor asing yang selama ini menguasai pasar.
Menurut Yusuf Adi Pradana dari Divisi Pengembangan Pasar BEI, keberhasilan ini menjadi kebanggaan karena investor lokal kini menjadi penggerak utama pasar modal Indonesia. Gaya investasi generasi muda berbeda dengan sebelumnya; mereka lebih terpengaruh oleh tren media sosial, konten viral, dan semangat FOMO (Fear of Missing Out) serta YOLO (You Only Live Once).
Akibatnya, pendekatan edukasi pasar harus beradaptasi dengan bahasa dan media yang familiar bagi mereka, seperti kampanye interaktif dan meme finansial di platform digital.
Hingga April 2025, kapitalisasi pasar saham Indonesia mencapai Rp 12.200 triliun. Meski masih jauh dari pasar global seperti Amerika Serikat, potensi pertumbuhan pasar domestik dianggap besar. BEI optimistis perusahaan lokal mampu mengejar ketertinggalan dengan dukungan partisipasi publik yang meningkat dan tata kelola yang lebih baik.
Mengantisipasi gaya investasi impulsif generasi muda, BEI menegaskan pentingnya formula 3B: Paham, Punya, Pantau. Investor diimbau memahami produk dan risiko, membuka rekening saham, serta konsisten memantau portofolio mereka agar investasi berkelanjutan dan tidak hanya sekadar tren sesaat.
“Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang, karena jika keranjangnya jatuh, bisa jadi telur dadar semuanya,” pesan Yusuf sebagai peringatan bagi investor muda.
Perubahan ini menandai babak baru pasar modal Indonesia yang semakin dinamis dan didominasi oleh generasi digital.