Notulen rapat FOMC terbaru menunjukkan bahwa risiko makroekonomi di Amerika Serikat semakin kompleks. Inflasi dan pengangguran berpotensi meningkat bersamaan, membuat kebijakan moneter jadi serba sulit.
Namun menariknya, kondisi ini belum berimbas secara langsung pada pasar kripto. Bitcoin masih mencatatkan apresiasi harga didorong oleh akumulasi investor institusi dan partisipasi ritel yang stabil. Meski begitu, volatilitas tetap tinggi dan arah selanjutnya bergantung pada batas bawah harga yang masih dijaga di sekitar $100,000.
The Fed Bahas Risiko Inflasi Dan Pasar
Dalam pengumuman pada 28 Mei 2025 dari hasil rapat FOMC yang berlangsung pada 6 hingga 7 Mei 2025, para pejabat The Fed mengakui bahwa mereka menghadapi potensi kondisi ekonomi yang sulit. Mereka membahas kemungkinan meningkatnya inflasi di saat bersamaan dengan naiknya tingkat pengangguran.
Ketidakpastian ekonomi semakin dalam akibat rencana tarif besar terhadap barang dari Tiongkok yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.
Meskipun tarif sebesar 145% itu akhirnya ditunda setelah rapat FOMC, gejolak pasar sudah terlanjur muncul. Imbal hasil obligasi naik, pasar saham melemah, dan beberapa pelaku pasar mulai memperkirakan kemungkinan resesi.
Bitcoin Bertahan Di Tengah Ketidakpastian Ekonomi
Sementara aset tradisional menghadapi tekanan dari ketidakpastian kebijakan dan kondisi global, Bitcoin justru menunjukkan kekuatan relatif.
Harga BTC tetap bergerak dalam jalur apresiasi positif, tidak terlalu terpengaruh oleh isu suku bunga, tarif, maupun tekanan dari pasar obligasi. Kekuatan ini terutama datang dari dua sisi yaitu investor institusi dan dukungan komunitas ritel.
Partisipasi dari investor ritel juga tetap aktif. Aktivitas perdagangan masih tinggi, dan volume pembelian tidak menunjukkan penurunan berarti. Dukungan ganda ini membuat harga Bitcoin mampu bergerak mendekati kisaran $107,000 hingga $110,000.