
Harga Bitcoin (BTC) sempat mencetak rekor tertinggi di level USD 111.900, namun kemudian mengalami koreksi tajam dan turun hingga menyentuh USD 103.812 per koin pada Sabtu (31/5/2025). Penurunan ini dipicu oleh aksi ambil untung serta kekhawatiran pasar terhadap data ekonomi makro global, terutama inflasi Amerika Serikat dan ketidakpastian kebijakan suku bunga The Fed.
Kapitalisasi pasar kripto global juga menurun, turun lebih dari 1,7% dalam 24 jam terakhir menjadi USD 3,32 triliun, dengan volume perdagangan harian mencapai USD 145,13 miliar.
Vice President Indodax, Antony Kusuma, menegaskan bahwa fluktuasi harga merupakan bagian alami dari dinamika pasar kripto yang sangat sensitif terhadap sentimen global. Koreksi jangka pendek tidak selalu menandakan pelemahan fundamental Bitcoin. Sebaliknya, pergerakan tajam ini bisa menjadi peluang strategis bagi investor yang disiplin dan berorientasi jangka panjang.
Antony menyarankan investor untuk melakukan evaluasi ulang portofolio dan menggunakan strategi manajemen risiko seperti stop-loss dan diversifikasi. Zona harga antara USD 100.000 hingga USD 104.000 dianggap sebagai area akumulasi potensial dengan peluang rebound.
Ia juga menekankan pentingnya literasi dan kedewasaan dalam menghadapi volatilitas pasar, mengingat koreksi harga merupakan bagian perjalanan aset digital yang terus berkembang. Investor dengan perspektif jangka panjang akan lebih siap menghadapi fluktuasi ini dan menjadikannya sebagai ruang belajar serta penempaan karakter.