
Pasar modal Indonesia menunjukkan ketahanan di tengah tekanan eksternal yang meningkat, termasuk dampak kebijakan suku bunga tinggi dari The Federal Reserve (The Fed) dan perlambatan ekonomi domestik.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyampaikan bahwa likuiditas pasar tetap terjaga. Peningkatan partisipasi investor domestik, terutama dari kalangan ritel, turut menopang stabilitas pasar.
“Pasar modal Indonesia masih menunjukkan ketahanan di tengah meningkatnya tekanan global,” ujar Inarno dalam keterangan resminya.
Meskipun pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 4,87% pada kuartal I-2025 dan The Fed tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25–4,50%, pasar modal domestik dinilai tetap stabil. Namun demikian, OJK terus mencermati dinamika global, termasuk ketegangan dagang antara AS dan Tiongkok yang memicu kehati-hatian investor asing dan menyebabkan arus modal keluar (capital outflow).
Guna menjaga stabilitas sistem keuangan, OJK memperkuat koordinasi lintas sektor bersama Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Inarno menegaskan pentingnya transparansi informasi guna menjaga kepercayaan publik terhadap pasar modal.
Selain itu, lembaga jasa keuangan terus menjalankan prinsip kehati-hatian dan tata kelola yang baik. Keputusan suku bunga Bank Indonesia yang dijadwalkan akhir Mei juga akan menjadi elemen penting dalam menjaga stabilitas keuangan nasional dan diharapkan sejalan dengan kebijakan fiskal dan moneter lainnya.