Skip to content

Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia

Menu
Menu

Analis Sebut FOMO Institusi ke Bitcoin Bisa Berbalik Jadi Masalah

Posted on June 5, 2025

Ketika perusahaan besar makin gencar menumpuk Bitcoin dalam portofolio mereka, sebuah laporan baru dari Standard Chartered justru membawa peringatan keras, di mana tren ini bisa saja berakhir menjadi bumerang bagi pasar kripto secara keseluruhan.

Dalam laporan yang dirilis Rabu (4/6/2025), Head of Digital Asset Research di Standard Chartered, Geoffrey Kendrick, menyoroti bahwa banyak perusahaan baru yang ikut “masuk” ke pasar Bitcoin membeli dalam jumlah besar, dan di harga yang tidak murah. Jika suatu saat pasar terkoreksi tajam, mereka berpotensi menjadi penjual panik yang mendorong harga jatuh lebih dalam.

“Sekarang memang kelihatan sehat, karena pembelian korporat masih mendorong harga Bitcoin naik,” kata Kendrick. “Tapi situasi ini bisa berbalik kapan saja.”

Lonjakan Korporasi Pemegang Bitcoin

Standard Chartered mencatat bahwa dalam dua bulan terakhir, jumlah perusahaan yang menempatkan Bitcoin dalam neraca keuangan mereka berlipat ganda, dengan total kepemilikan mendekati 100.000 BTC. Lonjakan ini jelas ikut menyumbang pada reli harga Bitcoin beberapa waktu belakangan.

Namun, menurut Kendrick, mayoritas perusahaan tersebut belum tentu punya daya tahan kuat terhadap volatilitas. Banyak dari mereka masuk di harga tinggi, tidak seperti Strategy (sebelumnya MicroStrategy) yang dikenal rajin mengakumulasi sejak harga lebih rendah.

Ia menegaskan bahwa jika harga Bitcoin turun ke bawah US$90.000, setengah dari perusahaan baru itu akan mengalami unrealized loss atau kerugian yang tak terealisasi. Lebih buruk lagi, jika harga turun 22% dari rata-rata harga beli mereka, sebagian bisa terdorong untuk menjual secara besar-besaran demi menghindari kerugian yang lebih dalam.

Kendrick lebih lanjut beragumen, seberapa besar tekanan yang bisa ditahan oleh perusahaan sebelum akhirnya menyerah dan menjual semua kepemilikan Bitcoin mereka. Ia membandingkan situasi ini dengan kejadian pada November 2022 saat FTX runtuh. Kala itu, Bitcoin terjun bebas dari US$31.000 ke US$15.50.

Namun, Strategy tetap tenang dan tak menjual satu koin pun. Salah satu alasannya termasuk bahwa ETF Bitcoin spot belum ada, dan Strategy saat itu masih menjadi satu-satunya alternatif eksposur Bitcoin bagi investor institusi.

“Tapi sekarang, kondisinya beda,” jelas Kendrick. “ETF spot sudah ada, dan para pemain baru ini tidak punya posisi strategis seperti Strategy. Kami ragu mereka bisa bertahan jika harga anjlok hingga 50% dari titik masuk mereka.”

Lebih lanjut, laporan Standard Chartered menyebut bahwa 61 perusahaan yang mereka pantau menyimpan Bitcoin semata sebagai aset treasury, bukan karena mereka bagian dari industri kripto seperti miner, exchange, atau perusahaan teknologi seperti Tesla.

Gabungan dari perusahaan-perusahaan ini saat ini menguasai 673.897 BTC, setara dengan sekitar 3,2% dari total suplai Bitcoin yang terbatas hanya 21 juta koin. Meskipun mereka bukan mayoritas, keputusan kolektif dari kelompok ini bisa memicu pergerakan pasar yang cukup besar, terutama jika terjadi tekanan jual mendadak.

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Recent Posts

  • Harga Bitcoin Melemah, Analis Prediksi Peluang Emas untuk Membeli Altcoin
  • Negara-negara ASEAN Percepat Pembangunan Blockchain Lokal, Indonesia Mulai Ikut Bergerak
  • Memecoin Terdampak Perseteruan Trump-Musk
  • Pemerintah Swiss Mengusulkan Pertukaran Data Aset Kripto Otomatis Dengan 74 Negara
  • Harga Bitcoin Hari Ini Turun ke $103k

Recent Comments

No comments to show.

Archives

  • June 2025
  • May 2025
  • April 2025
  • March 2025
  • February 2025
  • January 2025
  • December 2024
  • November 2024
  • October 2024
  • September 2024
  • August 2024
  • July 2024
  • June 2024
  • May 2024
  • April 2024
  • March 2024

Categories

  • Hot Crypto
  • Hot News
  • Solusi Investasi
  • Uncategorized
©2025 Situs Berita Investasi Terpercaya Rekomendasi Indonesia | Design: Newspaperly WordPress Theme