Kenaikan besar harga Bitcoin (BTC), lebih dari 50 persen ternyata sering kali dipicu oleh tiga faktor utama yang muncul secara bersamaan. Meskipun banyak orang mengaitkan lonjakan harga Bitcoin dengan inflasi atau pertumbuhan ekonomi, data menunjukkan bahwa kombinasi berikut justru lebih berpengaruh.
- Harapan bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan suku bunga.
- Rendahnya penggunanya leverage di pasar kripto.
- Kuatnya data penjualan ritel di Amerika.
Ketiga faktor ini telah terbukti menjadi pemicu lonjakan besar Bitcoin dalam beberapa tahun terakhir.
Pola yang Terulang
Misalnya pada tahun 2024, harga Bitcoin naik dari US$ 40.000 ke US$ 73.500 hanya dalam waktu tujuh minggu. Ini terjadi setelah sebelumnya harga stagnan di kisaran US$ 43.300, lalu turun tajam ke US$ 37.800. Namun, karena tingkat pendanaan kontrak futures sangat rendah (hanya 4 persen per tahun), dan data penjualan ritel bulan Desember 2023 lebih baik dari perkiraan, pasar mulai bangkit.
Ditambah lagi, pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell pada 31 Januari 2024 yang menunjukkan sikap hati-hati terhadap pemangkasan suku bunga turut memperkuat tren naik.
Hal serupa juga terjadi awal 2023. Bitcoin yang sempat terjebak di bawah US$ 18.000, melonjak 50 persen waktu yang sama. Kenaikan ini terjadi setelah tingkat pendanaan kontrak futures melonjak, serta data penjualan ritel Januari 2023 naik 3 persen, jauh di atas perkiraan. Lagi-lagi, Powell mengisyaratkan kebijakan moneter yang ketat.
Pola yang sama juga ditemukan pada pertengahan 2021. Saat itu, harga Bitcoin naik 76 persen hanya dalam tujuh minggu, setelah sebelumnya turun tajam. Kenaikan terjadi setelah data penjualan ritel Juni 2021 menunjukkan pertumbuhan mengejutkan, sementara Powell memberikan sinyal pengurangan stimulus dalam pidator Jackson Hole.