JAKARTA, 8 Mei 2025 — Harga Bitcoin sempat mencapai level tertinggi USD 98.200 atau sekitar Rp1,61 miliar pada Jumat (2/5/2025), namun harus terkoreksi ke bawah USD 96.000 selama akhir pekan. Fluktuasi tajam ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor yang terus dihadapkan pada pasar dengan likuiditas menipis dan sentimen global yang tidak menentu.
Mengutip Coinmarketcap, korelasi Bitcoin dengan indeks saham S&P 500 semakin menguat, menandakan bahwa pergerakan mata uang kripto kini semakin terkait dengan dinamika pasar keuangan tradisional. Meskipun ada optimisme Bitcoin akan menembus level psikologis USD 100.000, investor tetap mencermati keputusan bank sentral global, terutama hasil rapat Federal Reserve mendatang.
Koreksi harga Bitcoin terjadi setelah reli yang dipicu oleh dukungan institusional dan aliran dana dari ETF. Namun, lemahnya volume perdagangan serta belum terbentuknya level resistensi yang kokoh membuat pasar cenderung hati-hati. Meski begitu, dalam sepekan Bitcoin masih naik 4,5% dan mencatatkan kenaikan bulanan 12,8%.
Ethereum sebagai kripto terbesar kedua juga terdampak. Gagal bertahan di atas USD 1.900 menunjukkan lemahnya sentimen pasar jangka pendek, diperparah oleh penurunan aktivitas di pasar derivatif.
Sementara itu, analis teknikal kawakan Tom DeMark memperingatkan potensi pembalikan tren di indeks S&P 500 jika mencetak dua penutupan tertinggi baru. Ia menyoroti risiko global yang meningkat akibat tekanan ekonomi dan kondisi likuiditas ketat.
Investor kini menanti perkembangan kebijakan suku bunga dan prospek ekonomi, termasuk kemungkinan tarif longgar jika Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden. Namun, sejauh ini, sentimen positif tersebut belum cukup meredam kecemasan pasar.