Dunia kripto yang dulunya dikenal sebagai gerakan akar rumput dengan prinsip open source kini menghadapi perubahan signifikan. Pada awal kemunculannya, teknologi seperti Bitcoin dibangun dengan kode sumber terbuka yang memungkinkan siapa saja untuk memeriksa, berkontribusi, dan membangun kepercayaan melalui transparansi. Namun, seiring berkembangnya ekosistem kripto, banyak proyek baru, seperti platform smart contract dan aplikasi DeFi, mulai memilih jalur closed source untuk melindungi desain mereka dari penyalahgunaan oleh pesaing dan peretas.
Pendekatan tertutup ini, meski bertujuan untuk mengurangi risiko, memunculkan kritik. Para pengembang yang beralih ke sistem tertutup dikritik karena dianggap mengabaikan prinsip dasar kripto: keterbukaan, desentralisasi, dan kontrol oleh komunitas, bukan oleh segelintir orang saja. Salah satu insiden besar yang terjadi adalah peretasan pada platform Loopscale di jaringan Solana pada 26 April 2025, yang menyebabkan USD 5,8 juta dana pengguna hilang akibat manipulasi sistem yang tertutup.
Beberapa ahli kripto, termasuk insinyur dari firma riset Solana, mengingatkan bahwa sistem tertutup justru berisiko karena pengguna harus percaya sepenuhnya kepada pengembang tanpa bisa memverifikasi sistem tersebut. Meskipun demikian, data terbaru menunjukkan bahwa proyek-proyek open source kembali mendominasi, terutama di jaringan Solana, dengan sekitar 90% total nilai yang terkunci (TVL) berasal dari proyek dengan kode sumber terbuka.
Sebagai kesimpulan, meskipun sistem tertutup menjanjikan keamanan jangka pendek, prinsip transparansi dan keterbukaan tetap menjadi kunci utama dalam menjaga kepercayaan jangka panjang di dunia kripto.