
Fenomena warga yang rela menukar data biometrik demi aset kripto dari proyek Worldcoin tengah menjadi sorotan. Pengamat kripto Desmond Wira memperingatkan bahwa praktik ini menyimpan risiko besar terhadap keamanan data pribadi.
Menurut Desmond, tindakan menyerahkan data biometrik seperti pemindaian retina demi imbalan token kripto dalam jumlah kecil sangat tidak sepadan. “Itu sangat berbahaya. Artinya kita menukar data pribadi paling sensitif pada orang lain yang tidak dikenal hanya demi sedikit uang,” ujarnya.
Desmond mengungkapkan empat potensi risiko serius dari penyerahan data biometrik kepada pihak ketiga:
- Penyalahgunaan untuk riset AI tanpa persetujuan – Data biometrik dapat digunakan untuk pengembangan teknologi kecerdasan buatan tanpa izin pemilik data.
- Perdagangan data ke pihak ketiga – Informasi biometrik berisiko diperjualbelikan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
- Potensi peretasan sistem – Meski Worldcoin mengklaim sistemnya aman, potensi kebocoran akibat serangan siber tetap ada.
- Penyalahgunaan oleh oknum internal – Data bisa dimanfaatkan secara ilegal oleh pihak dalam sistem Worldcoin itu sendiri.
Desmond menekankan bahwa manfaat instan yang ditawarkan proyek ini tidak sebanding dengan ancaman jangka panjang. “Saya pribadi sangat tidak menyarankan masyarakat mengikuti program seperti ini,” tegasnya.
Worldcoin merupakan proyek yang digagas oleh CEO OpenAI, Sam Altman. Proyek ini menawarkan World ID, sebuah “paspor digital” untuk membuktikan bahwa pemegangnya adalah manusia, bukan bot AI. Proses verifikasi dilakukan melalui alat pencitraan bernama Orb, yang memindai retina pengguna untuk menciptakan World ID.
Meski perusahaan mengklaim data dihapus dari perangkat secara default dan tidak disimpan tanpa persetujuan eksplisit, kekhawatiran soal privasi dan keamanan tetap muncul di kalangan publik.